Mendengar(kan) Ketika yang Lain Berbicara

Mendengar(kan) Ketika yang Lain Berbicara

Kerap kita mendengar, bahwa setiap hari ada saja orang yang mengklaim bahwa mereka tidak didengarkan. Menurut sebuah studi, inilah alasan utama putusnya hubungan sepasang kekasih. Inilah tanda-tanda ketegangan serius yang letusannya  bisa mengakhiri persahabatan. Kita tahu, bahwa orang-orang besar dalam sejarah adalah mereka yang meninggalkan kesan tak terhapuskan pada kehidupan orang lain. Sebenarnya kebesaran mereka terletak tidak hanya pada pilihan-pilihan yang mereka buat atau perbuatan heroik belaka, tapi juga pada cara mereka menarik empati.

Bagaimana caranya?
Gampang, yaitu melihat dan mendengar orang lain. Nilai pemikiran orang lain di mata orang-orang besar ini tidak ternilai. Itulah sebabnya mereka mendengarkan dan melihat. Pemimpin spiritual, pemilik bisnis, entertainer, orang-orang tua dan pasangan, yang mencapai hasil yang luar biasa dalam kehidupan mereka, cenderung melihat dan mendengarkan. Oprah Winfrey melakukannya. Bunda Theresa dari Kalkuta terkenal punya sifat diam saat orang-orang curhat. Dua orang ini adalah contoh pendengar yang baik. Mereka memusatkan perhatian mereka dan terlibat serius pada apa yang disebut sebagai seni active listening. Itulah alasan mereka dapat benar-benar mendengar apa yang orang katakan.

– Cinta adalah Elemen Kunci dalam Seni Mendengarkan
Setiap orang dapat menjadi pendengar yang ahli, karena seni mendengarkan adalah keterampilan yang bisa dicapai siapa pun. Meskipun tampaknya kemampuan ini datangnya secara alami pada beberapa orang, tetapi fakta tidak dapat dipungkiri. Bahwa mendengarkan adalah keterampilan yang dapat dipelajari. Bahan ramuan utama dalam “resep” seni mendengarkan adalah kasih. Bagi para lelaki, sulit mendengarkan seseorang yang tidak dia pedulikan. Perempuan pun idem dito. Ia harus memiliki kepentingan tertentu sebelum benar-benar bisa mendengarkan. Jadi, pria atau wanita sama saja. Lain halnya kalau sudah ada benih cinta atau kasih. Kalau belum ada, bagaimana? Latihan active listening di bawah ini merupakan pelajaran seni mendengarkan.

– Seni Active Listening
Untuk mempraktekkan seni mendengarkan, coba lihat (hidung) orang yang sedang berbicara. Jika pembicaraan berlangsung melalui telepon, hindari terlibat dalam kegiatan lain dan curahkan perhatian penuh pada orang yang satu itu, yang ada di ujung telepon. Dengarkan setiap kata yang dikatakan orang itu. Deteksi perubahan bentuk pada kata-kata yang digunakan (misal: dalam bahasa Inggris, ate berarti kegiatan makan di waktu lampau. Kata ini telah berubah dari bentuk normalnya, eat). Perhatikan bahasa tubuh mereka jika percakapan berlangsung secara face-to-face. Biarkan orang untuk menyelesaikan apa yang mereka katakan, bahkan jika mereka lagi uring-uringan, senang, sedih atau marah kepada kita. Hindari menawarkan nasihat kecuali pembicara jelas meminta nasihat. Juga hindari cerita tentang situasi yang sama seperti yang dialami si pembicara, yang juga kita alami. Lho, bukankah ini biasanya orang lakukan untuk membantu orang yang sedang mencurahkan unek-uneknya? Benar, namun hati-hatilah, karena tindakan seperti itu dapat diterima sebagai pencuri perhatian atau seolah-olah kita, sebagai pendengar, telah mencuri fokus perhatian dari pembicara untuk diri sendiri.

– Tanda-tanda Active Listening
Tunjukkan bahwa kita secara aktif mendengarkan pembicara dengan sesekali mengangguk pada orang yang sedang berbicara. Ajukan pertanyaan untuk membiarkan orang lain tahu bahwa kita connect dengan apa yang mereka katakan. Kita juga dapat mengulangi pernyataan utama atau keluhan-keluhan dari si pembicara. Namun, batasi ini semua dalam dua atau tiga kalimat, supaya fokus tetap pada pembicara. Jika pikiran kita mulai memunculkan pendapat atau keyakinan pribadi yang berkaitan dengan topik pembicaraan, pada saat kita mendengarkan orang lain berbicara, cobalah untuk tetap mempertahankan pikiran yang terbuka. Banyak pikiran dan keyakinan orang yang berakar pada pengalaman dari masa kecil mereka atau hubungan pribadi mereka. Karena setiap orang tidak memiliki pengalaman identik atau menanggapi pengalaman dengan cara yang sama, sangatlah penting untuk mendengarkan dengan pikiran terbuka. Jika tidak, godaan untuk mengukur dan menilai apa yang dikatakan pembicara dapat menyebabkan kita untuk lebih mendengarkan penilaian batin kita sendiri daripada apa yang dikatakan pembicara.

– Manfaat Menjadi Active Listener (Pendengar Aktif)
Mendengarkan secara aktif merupakan cara terbaik untuk mendapatkan teman dan untuk memperbaiki hubungan yang ada. Mendengarkan adalah bahan utama dalam memelihara dan penuh kasih. Ia bekerja seperti obat. Tahukah Anda, beberapa psikolog handal dibayar ribuan dolar per tahun hanya untuk mendengarkan? Jika setiap orang berkomitmen untuk aktif dan dengan tulus mendengarkan orang lain, kita di dunia ini bisa mempercepat penyembuhan batin banyak orang. Dengan berfokus pada pembicara, mengajukan pertanyaan-pertanyaan tulus, mengangguk dan tidak menilai apa yang dikatakan pembicara, seseorang dapat menjadi pendengar yang baik. Hasilnya? Perkawinan yang retak dapat diperbaiki, demikian juga dengan hubungan orangtua-anak, komunikasi antara client dan pelaku bisnis, dan interaksi dalam organisasi.

Nah, apa yang bisa Anda mulai lakukan? Lain kali seseorang cukup peduli untuk berbicara dengan Anda dan mencurahkan isi hatinya (jarang-jarang lho orang melakukan ini), cobalah untuk peduli dan dengarkan dengan tulus.

Leave a reply

error: Content is protected !!