Pencipta dan yang Dicipta

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligent) memiliki potensi yang sangat besar dimana mesin memiliki kemampuan menyerupai manusia bahkan dapat melebihinya. Mesin tersebut diprogram oleh manusia sedemikian rupa sehingga memiliki fungsi-fungsi untuk dapat membantu kegiatan manusia dalam pekerjaan mapun kegiatan sehari-hari.
Untuk dapat membantu manusia, tentunya mesin tersebut harus bisa mengetahui dan mengidentifikasi apa yang dibutuhkan manusia dengan kata lain mengerti apa yang hendak manusia lakukan. Sehingga mesin tersebut dibuat menyerupai manusia, apa yang dirasakan, apa yang ingin dilakukan, apa yang diinginkan manusia, bahkan mengerti perasaan, dan pikiran manusia. Di sini, tentu kita dapat berpikir bagaimana mesin tersebut tidak dapat melawan manusia jika mesin tersebut dibuat menyerupai manusia bahkan lebih cerdas dari manusia itu sendiri sebagai penciptanya. Mesin tersebut telah berpikir, dan bertindak sebagaimana manusia melakukannya.
Jika manusia terus belajar mengembangkan pengetahuannya, begitu pula dengan mesin tersebut. Bisa dibilang, bahwa otak manusia telah tersalin ke mesin tersebut. Dengan tubuh logam yang bisa dianggap berusia lebih panjang atau bahkan kekal dari pada manusia yang memiliki keterbatasan kesehatan. Mesin tidak memiliki rasa sakit, dan jenuh. Mesin tidak dapat pusing jika terlalu banyak belajar, tidak seperti manusia. Mesin dapat memiliki tubuh yang lebih keras, dan lebih kuat dari manusia. Seorang fisikawan Inggris, Stephen Hawking pun telah memperingatkan bahwa pengembangan mesin cerdas bisa menimbukan ancaman besar bagi manusia. Menurutnya, Kecerdasan buatan dapat diartikan sebagai akhir dari manusia.